Kamis, 13 Juni 2013

Suatu ketika di tahun 1956, Bung Karno naik haji. KH. Anwar Musaddad bertindak sebagai Muthawif (semacam Amirul Haj untuk masa sekarang). Ia bertugas membimbing BK menjalani rukun Islam kelima itu.

Tiba-tiba muncul peristiwa aneh. Bung Karno yang sedang thowaf mengelilingi Ka’bah ditabrak seorang wanita hingga terjatuh. Beruntung Kiai Musaddad yang ada disampingnya segera menyambar tangan BK.

Usai keduanya tenang, Kiai Musaddad berbisik kepada Bung Karno : “Paduka, di sekeliling Ka’bah penuh dengan tamsil-tamsil”. Bung Karno tidak langsung bisa menerima kalimat itu. “Kalau yang baru saja terjadi itu tamsilnya apa Kiai?” tanya Bung Karno. “Paduka perlu berhati-hati dengan wanita” jawab Kiai Musaddad, tak peduli mata Bung Karno melotot ke arah dirinya.

Usai menjalankan ibadah haji, keduanya melakukan lawatan ke negara-negara Islam, seperti Mesir, TurkiSudan, Aljazair, dan lain sebagainya. Di negara-negara muslim itu Bung Karno berpidato dalam Bahasa Inggris, sedangkan Kiai Musaddad yang menerjemahkannya ke dalam Bahasa Arab. Ketika shalat Jum’at di masjid kampus Al-Azhar, Mesir, Kiai Musaddad didaulat menjadi khatib. Sementara Bung Karno dan Jamal Abdul Naser sebagai mustami’in.

Beliau lahir di Garut 3 April 1909. menamatkan pendidikan di Volk School tahun 1922. melanjutkan ke MULO (setingkat SMP) Kristelijk di Garut, lalu ke AMS (setingkat SMA) Kristelijk di Sukabumi. Setelah menamatkan pendidikan pendidikan di sekolah Katolik tersebut, ia melanjutkan ke Pesantren Darussalam Wanaraja, Garut. Setelah 2 tahun di sana, beliau berangkat ke Tanah Suci Makkah dan belajar di Madrasah Al-Falah selama 11 tahun. Tamat AMS beliau sudah mahir berbahasa Inggris, Belanda dan Jerman. Sedangkan Bahasa Arab dipelajari ketika berada di Makkah.

Di sekolah Darul Falah Makkah, selain belajar beliau juga mengajar Bahasa Inggris dan Matematika. Di Antara muridnya terdapat nama Muzakky Al-Yamany, yang kelak menjadi Menteri Perminyakan saudi Arabia. Tahun 1963 menyandang gelar gelar profesor dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam bidang Ushuluddin.

Hasil pemilu 1955 mengantarkan dirinya menjadi anggota DPR. Posisi sebagai wakil rakyat mewakili NU itu dijabat hingga tahun 1967. Jabatan lainnya, beliau pernah menjabat sebagai ketua PP LP Ma’arif (1957), Rais Syuriah III PBNU hasil Muktamar Bandung (1974), wakil Rais Aam PBNU hasil Muktamar Semarang (1979), dua kali menempati posisi Mustasyar hasil Muktamar Krapyak dan Tasikmalaya. Dalam Muktamar Kediri, beliau berhalangan hadir karena usia sepuhnya.

Pengalaman lain, sejak tahun 1953 pindah ke Yogyakarta. Ketika ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogya, Kiai Musaddad menjadi Ketua Urusan Masjid se-Indonesia (semacam dewan masjid). Beliau juga salah seorang pendiri Universitas Islam Indonesia dan PTAIN (kelak menjadi IAIN, dan sekarang UIN). Pernah juga menjadi Dekan Fakultas Ushuluddin PTAIN hingga berganti nama menjadi IAIN Sunan Kalijaga (1963-1967). Kemudian beliau pindah ke Bandung menjadi Rektor IAIN Sunan Gunungjati (1967-1974). Sejak tahun 1976 pindah ke Garut, mendirikan Pesantren Al-Musaddadiyah.

Di antara ciri khas Kiai Musaddad, setiap memberikan pengajian –di manapun- selalu menggunakan layar lebar. Beliau menyebutnya sebagai “film akhirat”, yang untuk masa sekarang tidak jauh beda dengan Big Screen. Kiai Musaddad menggunakannya sejak tahun 1955.

Kiai Anwar Musaddad wafat pada 19 Rabiutsani 1422/2000 dalam usia 91 tahun. Dimakamkan di komplek pemakaman keluarga Pondok Pesantren Musaddadiyah, Garut Jawa Barat yang berada di sisi utara masjid lama.

Ref : Buku Antologi NU

Sekilas Profil Pondok


  MUQODDIMAH

 Pondok Pesantren Al-Musaddadiyah Garut, merupakan salah satu lembaga pendidikan dibawah naungan Yayasan Al-Musaddadiyah Garut, yang sekarang diketuai oleh Prof. Dr. Hj. Ummu Salamah, berlokasi di Komplek Al-Musaddadiyah Jayaraga Tarogong Kidul Garut, berdiri pada tahun 1990. Pendirinya adalah Prof. K. H. Anwar Musaddad, salah seorang ulama besar yang lahir di Jawa Barat, rektor pertama IAIN (UIN) Sunan Gunung Djati BAndung.
       Sepeninggal beliau, tahun 1999, kepemimpinan pondok dilanjutkan oleh putra putrinya, dan saat ini pimpinan pondok dipegang oleh Hj. Yies Sa'diyah dan K. H. Drs. Asep Saefuddin. Ponpes Al-Musaddadiyah hanya menerima santri yang sambil sekolah. Saat ini jumlah santri putra dan putri mencapai kurang lebih 500 santri.

VISI & MISI

Menjadikan Pondok Pesantren Al-Musaddadiyah Garut menjadi Boarding School dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berakhlaquk karimah, yang memiliki IMTAQ (Iman dan Taqwa) dan menguasai IMTEK (Ilmu Pengetahuan Teknologi), sebagai perwujudan dalam mencetak generasi yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah yang siap menghadapi perkembangan zaman.

KURIKULUM PONDOK

  • Sistem Pengajaran: klasikal sesuai dengan tingkatan sekolah, SLTP dan SLTA serta Putra dan Putri.Metoda Pembelajaran: Qira'atul kutub (bandongan), sorogan dan diskusi.Kitab Rujukan: kitab kuning yang dengan tingkat dan kemampuan santri yang ada.
  • Materi Pembelajaran: Al-Qur'an, Tauhid, Fiqih, Akhlaq, Tarikh, Shorof, Bahasa Arab, Tajwid, Praktek Ibadah, Nahwu, Bahasa Inggris dan Ahlussunnah Waljama'ah.
  • Ekstra Kurikuler: Tadribul Khitabah, silat, olah raga, qiroatul qur'an, kesenian dan keputrian.

FASILITAS PONDOK


  • Gedung Pondokan repsentatif putra & putri
  • Mesjid Jami' & Mesjid kecil
  • Aula
  • Klinik Kesehatan
  • Dapur Umum (DU)
  • Kantin
  • Sarana Olah Raga (lapangan volley, basket, bulu tangkis, futsal dan tennis meja)

PERSYARATAN


  • Lulusan SD/MI dan SMP/MTs Negeri maupun Swasta
  • Bukan Siswa Pindahan
  • Mendaftarkan diri di salah satu sekolah yang ada di lingkungan Yayasan Al-Musaddadiyah
  • Mendaftarkan diri secara langsung di Sekretariat Pendaftaran Santri Baru (PSB).